Di sebuah kafe yang nyaman, tiga pemuda, Ardin, Rio, dan Pendi, berkumpul untuk mengobrol. Mereka duduk santai di sebuah meja sambil memamerkan ponsel mereka masing-masing. Suasana kafe yang tenang menjadi saksi dari percakapan kocak yang sedang terjadi.
"Aku kemarin bingung banget milih hp di mall. Ya udah, akhirnya aku beli iPhone 5 aja deh," kata Ardin sambil tersenyum.
Rio, yang duduk di sebelahnya, mengangguk-angguk. "Aku juga kemarin disuruh milih hp sama orang tua. Akhirnya aku pilih BlackBerry. Tapi, entah kenapa, aku masih kurang puas gitu."
Sementara itu, Pendi, yang duduk di seberang mereka, terlihat agak bingung. "Aku kemarin mau beli hp juga, tapi bingung banget, loh."
Ardin dan Rio menatap Pendi, penasaran. "Kenapa sih bingung?" tanya Rio.
Pendi memandang kedua temannya dengan serius. "Soalnya, semua hp itu gak pake kartu perdana semua."
Keduanya saling bertukar pandang, kebingungan tergambar di wajah mereka. "Kok gak pake kartu sih?" tanya Ardin penasaran.
Pendi tersenyum jahil. "Iya, soalnya layarnya kecil, cuma muncul angka digit dan plus-minus x doank!"
Ekspresi keduanya berubah menjadi bingung. Mereka saling bertatapan, mencoba mencerna perkataan Pendi. "Itu kalkulator, beo!" seru Ardin sambil memegang kepala Pendi.
Rio ikut tertawa. "Hahaha, Pendi, itu bukan hp, tapi kalkulator, bro!"
Pendi langsung tersadar dan menyesal. "Wah, bener juga ya. Gila, hampir aja aku beli kalkulator buat nelpon!"
Ardin dan Rio tertawa bersama. "Ya udahlah, bro, mending kita cari hp yang bener. Jangan sampe beli kalkulator lagi," kata Rio sambil membuang muka.
Mereka bertiga akhirnya melanjutkan obrolan mereka, kali ini dengan cerita-cerita seru seputar teknologi. Percakapan ringan mereka membuat suasana kafe semakin ramai oleh tawa yang penuh keceriaan.
Judul: "Pilihan HP atau Kalkulator?"